Kaprodi Arsitektur S-1 ITN Malang, Ir. Gaguk Sukowiyono, MT

Prodi Arsitektur S-1 ITN Malang Berhasil Konversi Akreditasi B ke Baik Sekali

Kaprodi Arsitektur S-1 ITN Malang, Ir. Gaguk Sukowiyono, MT. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Program Studi Arsitektur S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) meraih Akreditasi Baik Sekali dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Akreditasi tertuang dalam SK No. 5484/SK/BAN-PT/Ak.KP/S//VIII/2024, ditetapkan di Jakarta 19 Agustus 2024, dan berlaku selama 4 tahun hingga 31 Mei 2028. Akreditasi Baik Sekali menggantikan akreditasi B yang pernah diraih Prodi Arsitektur sebelumnya. Predikat akreditasi ini diraih lewat mekanisme Instrumen Suplemen Konversi (ISK).

Kaprodi Arsitektur S-1 ITN Malang, Ir. Gaguk Sukowiyono, MT., menyatakan, berdasarkan peraturan BAN-PT No 2 tahun 2020 tentang Instrumen Suplemen Konversi, maka BAN-PT menggunakan Instrumen Suplemen Konversi (ISK) untuk melakukan konversi. Dari pemeringkatan akreditasi A ke akreditasi Unggul, dari akreditasi B ke akreditasi Baik Sekali, dan dari akreditasi C ke peringkat akreditasi Baik.

Menurutnya dari aturan lama ke aturan baru perlu adanya penyesuaian, seperti dari akreditasi baik ke baik sekali. Konversi membantu untuk menghindari permasalahan pada saat nanti aturan baru diterapkan.

“Konversi hanya berlaku di BAN PT. Kami mempunyai kesempatan melakukan konversi sekali sebelum ada pergeseran aturan baru. Untuk akreditasi yang akan datang peringkatnya unggul, baik sekali, baik, tidak memenuhi syarat peringkat, dan internasional. Kalau tidak dikonversi saat ada aturan baru bisa-bisa kami tidak akan terakreditasi,” ujarnya.

Baca juga : FTSP ITN Malang Turunkan 30 Mahasiswa Ikut Pendampingan dan Pembangunan Desa

Menurut Gaguk, perbedaan aturan pengajuan baru terletak pada segi dokumen. Matrik penilaian instrumen suplemen konversi (ISK) peringkat akreditasi S-1 terdiri dari dosen tetap, kurikulum, penjaminan mutu, dan pelacakan lulusan. Sedangkan pada BAN PT memakai 7 kriteria, dan untuk yang baru nanti akan memakai 9 kriteria.

Karya perancangan mahasiswa Arsitektur S-1 ITN Malang. (Foto: Istimewa)

“Kemungkinan akreditasi yang akan datang dengan LAM DEPILAR. Didalamnya terdiri dari lingkup sub rumpun keilmuan desain, perencanaan, lingkungan, dan arsitektur. Disiplin ilmu ini tidak masuk dalam LAM Teknik,” ungkapnya.

Lembaga Akreditasi Mandiri Desain Perencanaan Lingkungan Arsitektur (LAM DEPILAR) merupakan lembaga yang melakukan penyelenggaraan akreditasi bagi program studi di lingkup rumpun ilmu desain, perencanaan, lingkungan, arsitektur, dan rumpun ilmu lainnya yang terkait dan gayut (terkait) serta memiliki irisan pada pendidikan tinggi di Indonesia.

“Kalau dari hitungan (simulasi) kami sebenarnya kemarin nilainya sudah melebihi standar. Hampir dari semua komponen melebihi. Akreditasi sebelumnya baik, sekarang baik sekali,” katanya.

Untuk mempersiapkan LAM DEPILAR Prodi Arsitektur telah bersiap menyusun dokumen terbaru. Menurut Gaguk pihaknya akan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, khususnya pada SDM para dosen. Saat ini tiga dosen Arsitektur sedang menempuh pendidikan doktor, dan prodi akan mendorong dosen lainnya yang belum memprogram doktor untuk menyusul.

Dengan LAM DEPILAR yang menjembatani kelak prodi akan lebih mendapat masukan untuk semakin memperbaiki kualitas. Capaian akreditasi prodi yang saat ini diraih menurutnya tidak lepas dari peran serta seluruh elemen Prodi Arsitektur mulai tenaga pendidik dan kependidikan, mahasiswa, dan alumni, serta dukungan dari institusi.

Baca juga : Nata Karya 2.0 Pamerkan 160 Karya Mahasiswa Arsitektur Hingga Undang Klien

“Harapannya kami kedepannya semakin bisa mencapai yang tertinggi, dan yang terbaik. Karena itu memang tujuan kami mewujudkan kualitas jaminan mutu terhadap pendidikan bisa terpenuhi dengan baik. Sehingga kepercayaan masyarakat akan muncul ketika jaminan mutu sudah baik,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)




Muhammad Hirza Dhiya Ul Haq, mahasiswa Teknik Lingkungan S-1 ITN Malang meraih 3 medali emas di ajang Olimpiade Pelajar Sains Indonesia (OPSI) 2024

Membanggakan, Mahasiswa ITN Malang Raih 3 Medali Emas di Ajang Olimpiade Pelajar Sains Indonesia (OPSI) 2024

Muhammad Hirza Dhiya Ul Haq, mahasiswa Teknik Lingkungan S-1 ITN Malang meraih 3 medali emas di ajang Olimpiade Pelajar Sains Indonesia (OPSI) 2024. (Foto: Aqil/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Muhammad Hirza Dhiya Ul Haq, mahasiswa Teknik Lingkungan S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) menorehkan prestasi membanggakan. Mahasiswa yang akrab disapa Hirza ini meraih 3 medali emas dengan predikat A+ di ajang Olimpiade Pelajar Sains Indonesia (OPSI) 2024. Hirza berlomba dalam bidang biologi, fisika, dan Bahasa Indonesia pada jenjang perguruan tinggi.

OPSI 2024 melombakan berbagai bidang pelajaran mulai jenjang SD, SMP, SMA, dan mahasiswa. Diselenggarakan secara online oleh Festival Olimpiade Sains Nasional (FOSNAS), dibawah naungan Yayasan Berlian Hati Mulia, di Sumatera Utara pada Minggu (04/08/2024).

Menurut Hirza, OPSI 2024 merupakan pengalaman dan prestasi perdana baginya semenjak masuk kuliah. Ia mengaku mengikuti OPSI untuk mengisi waktu senggang saat liburan semester. Mahasiswa asal Kepanjen Kabupaten Malang ini sebenarnya mengikuti 4 bidang dari 9 bidang yang dilombakan. Selain biologi, fisika, dan Bahasa Indonesia, Hirza juga mengikuti bidang matematika, namun sayangnya pada bidang tersebut ia belum beruntung.

“Jadi dari pada nganggur saya mencoba mengikuti olimpiade. Mencari-cari yang gratis dan apply disana. Alhamdulillah 3 bidang berhasil mendapatkan medali emas, namun untuk matematika belum beruntung,” katanya saat ditemui di Kampus 1 ITN Malang pada Kamis (15/08/2024).

Baca juga : Mahasiswa Teknik Lingkungan ITN Malang Ikut Bersih-Bersih Kali Mewek

Hirza menceritakan, pada tingkat mahasiswa perbidang rata-rata diikuti 300-an peserta dari seluruh Indonesia. Peserta diharuskan mengerjakan soal online lewat app puskanas dan didampingi zoom meeting. Setelah dijadwalkan, peserta login dan serempak mengerjakan soal dengan durasi waktu yang ditentukan.

Muhammad Hirza Dhiya Ul Haq, mahasiswa Teknik Lingkungan S-1 ITN Malang meraih 3 medali emas Olimpiade Pelajar Sains Indonesia (OPSI) 2024, bidang biologi, fisika, dan Bahasa Indonesia.

“Saya ikut di jam pertama untuk pelajaran biologi. Setelah biologi selesai otomatis langsung ke luar dan dilanjutkan mengerjakan bidang selanjutnya. Durasi perbidang beda-beda. Fisika durasinya lumayan lama dan menguras tenaga, 90 menit untuk 60 soal pilihan ganda. Yang paling sulit sih matematika, makanya tidak dapat (medali). Padahal lumayan yakin (bisa mengerjakan),” ungkap mahasiswa penerima beasiswa pendidikan dari pemerintah ini.

Hanya butuh waktu 4 hari bagi Hirza untuk belajar kisi-kisi materi sebelum lomba. Belajar materi biologi mendapat porsi lebih besar dari lainnya. Untuk fisika ia mereview materi, dan ketika lupa pada sebuah rumus ia akan menghafalkan konsep dari rumus tersebut. Menurutnya mengkonsep rumus lebih bisa dipahami daripada menghafalkan rumus. Sementara untuk Bahasa Indonesia hanya belajar sekilas saja, karena menurutnya Bahasa Indonesia bisa dinalar.

Ketertarikan Hirza pada perlombaan mata pelajaran sudah dipupuk sejak duduk di bangku sekolah. Namun sayangnya alumnus MAN 1 Kota Malang ini belum pernah lolos menjadi pemenang. Baru setelah mengikuti perlombaan di bangku kuliah ia mendapatkan 3 medali emas sekaligus dalam satu perlombaan.

Bagi Hirza, mengikuti olimpiade dapat menambah wawasan, dan belajar hal baru. Seperti saat ia menemukan soal tentang emoji yang biasa ditemui di pesan gawai. Lewat olimpiade ini ia juga bisa mengingat dan memunculkan kembali materi yang sempat terlupakan yang dulu pernah dipelajari.

Baca juga : Ide Kreasi, Mahasiswa ITN Malang Ubah Stik Es Krim Jadi Hiasan Bernilai Seni

“Harapannya prestasi ini kelak bisa menjadi salah satu surat pendamping ijazah. Bagaimanapun sebagai mahasiswa harus punya inisiatif dalam mengembangkan diri, baik lewat akademik maupun non akademik. Baik di kampus, maupun luar kampus,” pungkasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)




Dekan FTSP ITN Malang, Dr. Debby Budi Susanti, ST., MT, (tiga dari kanan), bersebelahan dengan Kepala Desa Ploso, Kabupaten Jombang, Nining Permatasari

FTSP ITN Malang Turunkan 30 Mahasiswa Ikut Pendampingan dan Pembangunan Desa

Dekan FTSP ITN Malang, Dr. Debby Budi Susanti, ST., MT, (tiga dari kanan), bersebelahan dengan Kepala Desa Ploso, Kabupaten Jombang, Nining Permatasari (empat dari kanan).


Malang, ITN.AC.ID – Sebanyak 30 mahasiswa Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) turun ke tiga desa di Jawa Timur. Mahasiswa dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), ITN Malang ini rencananya selama empat bulan akan melakukan kegiatan pendampingan dalam pembangunan desa. Ada 3 desa yang mereka dampingi, yakni Desa Pongangan Kecamatan Manyar dan Desa Sukorejo Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, serta Desa Ploso Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.

Dekan FTSP ITN Malang, Dr. Debby Budi Susanti, ST., MT, menyatakan, di desa mahasiswa akan belajar bersosialisasi dengan masyarakat. Mahasiswa akan menerapkan ilmu yang didapat di kampus untuk membantu pembangunan desa.

“Kerja sama antara ITN Malang dengan desa-desa di Jatim ini harapannya selain mampu membantu mengembangkan rencana pembangunan desa, juga bisa membantu meningkatkan kualitas SDM di desa,” ujar Debby saat melepas rombongan dari Kampus 1 ITN Malang Senin, (12/08/2024).

Ke-30 mahasiswa yang berangkat berasal dari Prodi Arsitektur, Teknik Geodesi, serta PWK. Mereka berangkat dalam 3 tahap. Hari Jumat 9 Agustus 2024 FTSP memberangkatkan mahasiswa Prodi Arsitektur ke Desa Pongangan dan Desa Sukorejo, Minggu 11 Agustus 2024 memberangkatkan mahasiswa Prodi Teknik Geodesi dan PWK ke Desa Pongangan. Dan, terakhir Senin 12 Agustus 2024 memberangkatkan mahasiswa ke Desa Ploso.

“Untuk Prodi Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan akan menyusul berangkat. Tentunya dengan melihat kebutuhan dari desa. Khusus untuk tim Geodesi tidak tinggal dalam satu desa. Mereka akan berpindah-pindah karena tugasnya mengcover ketiga desa dari sisi pengambilan data topografi desa,” jelasnya.

Baca juga:ITN Malang Siap Dampingi Tiga Desa dalam Pembangunan Desa di Jawa Timur

Kegiatan ini juga melibatkan dosen pendamping dari masing-masing prodi sebagai bentuk pengabdian masyarakat bagi dosen. Dosen akan membimbing dan memantau kemajuan kegiatan secara online. Pada bulan-bulan terakhir akan dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) antara pihak kampus, desa, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Mahasiswa ITN Malang diterima di Desa Sukorejo Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik untuk melaksanakan kegiatan pendampingan dalam pembangunan desa.

Debby berharap, untuk pihak desa bisa ikut terlibat aktif memberikan ide dan masukannya pada desain desa wisata yang dibuat mahasiswa. Karena desain akan berhasil dengan baik kalau pemilik yakni desa bisa ikut terlibat dalam pendampingan, maupun diskusi.

“Kalau desa meminta presentasi desain awal bisa mengundang perangkat desa dan masyarakat. Kami juga meminta izin, pada saatnya mahasiswa akan kembali ke kampus untuk menggambar di studio. Nanti saat FGD akhir akan kembali lagi ke desa,” jelasnya.

Pada pemberangkatan tahap tiga Debby menitipkan mahasiswanya yang akan menetap di Desa Ploso kepada Kepala Desa Ploso, Nining Permatasari. Pasalnya mahasiswa ITN Malang berasal dari berbagai daerah tentunya memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda dengan masyarakat setempat. Debby juga meminta kepada kepala desa untuk menegur bila ada anak didiknya yang melakukan kesalahan. Tak lupa Debby juga berpesan kepada mahasiswa untuk serius mewujudkan harapan pihak desa.

“Adik-adik mahasiswa tugasnya membantu pihak desa untuk mewujudkan desain desa wisata. Pesan kami jaga diri kalian, dan jaga nama baik ITN Malang,” pesannya.

Kepala Desa Ploso, Nining Permatasari berterima kasih dan bersyukur mendapat sambutan hangat dari FTSP ITN Malang. Ia juga berjanji untuk menerima mahasiswa sebaik-baiknya saat berada di Desa Ploso. Bahkan pihaknya sudah menyiapkan beberapa alternatif tempat tinggal yang bisa dipilih oleh mahasiswa.

“Untuk mahasiswa yang tinggal di Desa Ploso, kami akan merawat mereka dengan sebaik-baiknya. Permintaannya apa, akan kami sediakan. Untuk bapak ibu ridhonya mengantar anak-anak bisa menjadi berkah buat desa kami. Anak-anak bisa mewujudkan impian desa sesuai rencana, sehingga membawa Desa Ploso lebih baik lagi dari sebelumnya,” harap Nining. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)




Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, (kanan) dan Ceo PT Amerta Geospasial Indonesia (Amgeoid), Nyoman Robby Manik Saputra usai melakukan penandatanganan nota kesepahaman bersama.

ITN Malang dan PT Amerta Geospasial Indonesia Jalin Kerja Sama dalam Pengembangan Teknologi

Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, (kanan) dan Ceo PT Amerta Geospasial Indonesia (Amgeoid), Nyoman Robby Manik Saputra usai melakukan penandatanganan nota kesepahaman bersama.


Malang, ITN.AC.ID – Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) menjalin kemitraan dengan PT Amerta Geospasial Indonesia. Penandatangan kerja sama dilakukan oleh Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, dan Ceo PT Amerta Geospasial Indonesia (AMGEOID), Nyoman Robby Manik Saputra, di kampus 2, Rabu (07/08/24).

Ruang lingkup kerja sama kedua institusi pada penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi, pengembangan sumber daya manusia, serta implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Termasuk di dalamnya pembelajaran hybrid, kajian dan studi bersama untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis revolusi industri 4.0, dan lain sebagainya.

Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, menyebutkan, AMGEOID akan mensupport kegiatan dalam pengembangan dan teknologi di ITN Malang. Salah satunya satunya dalam bidang 3D modeling, dan pemetaan wilayah. Hal ini sekaligus sebagai salah satu implementasi Pusat Unggulan Iptek (PUI) ITN Malang di bidang Building Information Modeling (BIM).

“Kami nantinya akan melibatkan mahasiswa. Ini akan memberi peluang mahasiswa untuk berhadapan dengan proyek yang nyata. Mulai desain perencanaan, pemetaan wilayah, customer handling, dan lainnya. Harapannya mahasiswa geodesi, sipil, arsitek, lingkungan, dan PWK setelah lulus sudah terbiasa dengan dunia industri,” tutur rektor.

Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, saat memberi sambutan pada penandatanganan kerja sama antara ITN Malang dan PT Amerta Geospasial Indonesia.

Menurut rektor, selama ini kekurangan perguruan tinggi belum bisa mendekatkan mahasiswa dengan dunia industri. Masih adanya gap antara kebutuhan dunia kerja/ industri dengan apa yang disampaikan di perguruan tinggi. ITN Malang melalui PUI memberikan solusi pada masalah tersebut. Kampus Biru ITN terus berkomitmen meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam menghadapi kondisi riil di lapangan. Hal ini dilakukan dengan melibatkan mahasiswa dalam berbagai proyek atau pekerjaan, baik dengan industri maupun pemerintah daerah.

“Kami juga ingin mencoba menjajaki memproduksi drone UAV. Kami punya resource, sudah banyak penelitian, maka segera akan menjajaki dengan low budget drone UAV. Tentu dengan kerja sama lintas prodi seperti mesin, informatika, geodesi, arsitektur dan lainnya. Target kami komersialisasi, semoga segera terwujud. Core-nya melibatkan mahasiswa,” pungkasnya.

Baca juga:Ketut Tomy Suhari, Dosen ITN Malang Menyandang Gelar Indonesian Registered Surveyor Termuda

Ir. Ketut Tomy Suhari, ST., MT., IPP., dosen Teknik Geodesi sekaligus Kepala Center for Digitalisation Construction and Smart Urban Management (DC-SUM) ITN Malang mengungkapkan, Teknik Geodesi selama ini sudah bermitra dengan PT Amerta Geospasial Indonesia, namun baru ada kesempatan menjalin kerja sama. Saat ini Teknik Geodesi sedang menjalankan proyek kerja sama dengan Pemkab Lumajang. Peran AMGEOID akan sangat membantu dalam akuisisi foto udara.

“Di Lumajang rencananya 5.000 Ha, dan baru terealisasi 1.200 Ha untuk proses data. Kerja sama ini nantinya bisa mensuport diakuisisi pengambilan data memakai drone. Nantinya PT Amerta Geospasial Indonesia juga bisa mensupport Center for Digitalisation Construction and Smart Urban Management (DC-SUM), dalam pre-desain sampai post-design. Mulai akuisisi, pengambilan data, proses, hingga maintenance dan lain-lain,” katanya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang).

 




Maulana Dias Ismail Hasan, Athikah Nadia Nur Baiti, dan Nurhidayah (PDL hijau), HMTL ITN Malang

Mahasiswa Teknik Lingkungan ITN Malang Ikut Bersih-Bersih Kali Mewek

Maulana Dias Ismail Hasan, Athikah Nadia Nur Baiti, dan Nurhidayah (PDL hijau), HMTL ITN Malang bergabung bersama HMPS Biologi “Semut Merah” UIN Maulana Malik.


Malang, ITN.AC.ID – Hari Sungai Nasional diperingati setiap tanggal 27 Juli. Hari Sungai Nasional dicanangkan sebagai upaya mendorong masyarakat dalam menjaga sungai untuk melindungi ekosistem. Mahasiswa Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) juga turut memperingati Hari Sungai Nasional 2024 yang dipusatkan di Kali Mewek – Punden Bendo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Minggu (28/07/2024).

Kegiatan yang melibatkan 300 peserta dari berbagai elemen masyarakat ini juga diikuti beberapa mahasiswa Teknik Lingkungan S-1 ITN Malang. Mengangkat tema “Merawat Sungai Melestarikan Peradaban”, kegiatan bersih-bersih sungai dan penanaman pohon diinisiasi oleh Bantuan Sosial Komunikasi Masyarakat (Baskomas).

“Menjaga sungai adalah hal yang sangat penting, karena sungai memiliki peran vital dalam ekosistem dan kehidupan manusia,” ujar Maulana Dias Ismail Hasan, Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITN Malang saat dihubungi lewat sambungan Whatsapp. Dias sapaan akrab Maulana Dias Ismail Hasan hadir bersama rekannya Athikah Nadia Nur Baiti, dan Nurhidayah. HMTL ITN Malang bergabung bersama HMPS Biologi “Semut Merah” UIN Maulana Malik.

Sebagai kampus yang memiliki Program Studi Teknik Lingkungan, mahasiswa ITN Malang kerap kali mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan. Menurut Dias, menjaga sungai adalah hal yang sangat penting karena sungai memiliki peran vital dalam ekosistem dan kehidupan manusia.

Menurutnya, alasan sungai harus dijaga adalah, (1) sungai sebagai sumber air bersih. Sungai bisa menyediakan air untuk sumber air minum, masak, mandi, dan kegiatan rumah tangga lainnya. Air sungai juga digunakan untuk irigasi pertanian yang sangat penting untuk produksi pangan. (2) habitat ekosistem. Sungai adalah habitat bagi berbagai spesies ikan, tumbuhan, dan hewan. Menjaga sungai berarti melindungi keanekaragaman hayati. Menjaga ekosistem sungai juga turut mendukung ekosistem darat di sekitarnya. (3) pengendalian banjir. Sungai yang terjaga dengan baik dapat membantu mengendalikan banjir dengan menyalurkan air hujan secara efisien. Vegetasi di sekitar sungai membantu menyerap air dan mengurangi aliran permukaan yang berlebihan.

Baca juga:Mahasiswa Teknik Lingkungan Ikut Aksi Penghijauan dan Bersih Sungai di Coban Talun

(4) sumber ekonomi. Banyak komunitas bergantung pada sungai untuk mata pencaharian, seperti perikanan, pariwisata, dan transportasi. Industri juga memanfaatkan air sungai dalam proses produksi mereka. (5) kesehatan masyarakat. Air sungai yang tercemar dapat menyebabkan berbagai penyakit. Menjaga kebersihan sungai berarti menjaga kesehatan masyarakat. Air yang bersih mengurangi risiko penyakit yang ditularkan melalui air.

HMTL ITN Malang ikut membersihkan Kali Mewek.

Menurut mahasiswa asal Malang ini, peran serta pemuda dalam menjaga lingkungan sungai sangat penting dan memiliki dampak yang signifikan. Pemuda adalah generasi penerus yang akan mewarisi kondisi lingkungan, sehingga keterlibatan mereka dalam menjaga sungai dapat membawa perubahan positif jangka panjang. Banyak aksi yang bisa dilakukan pemuda dalam menjaga lingkungan sungai. Contoh bentuk nyata partisipasi pemuda misalnya pada bidang inovasi dan kreativitas, kekuatan dan semangat, pengaruh sosial, pendidikan dan kesadaran.

“Dalam melestarikan lingkungan khususnya sungai bisa melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Harapan-harapan ini mencakup perbaikan kualitas air, konservasi keanekaragaman hayati, peningkatan kesadaran masyarakat, dan penerapan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan,” jelasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang).