Tim Ganesha Geodetic, Teknik Geodesi ITN Malang. Ki-ka Jusman Prahara, Luh Kadek Dera Erlinda, Ramadhan Bagus Wijayanto. (2)

Menuju Kadaster 5D dengan Integrasi High Definition Survey dan BIM, Mahasiswa ITN Malang Juara 3 Sayembara Karya Tulis Ilmiah Kompas

Tim Ganesha Geodetic, Teknik Geodesi ITN Malang. Ki-ka: Jusman Prahara, Luh Kadek Dera Erlinda, Ramadhan Bagus Wijayanto. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Tiga mahasiswa Teknik Geodesi S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) menyabet Juara 3 Sayembara Karya Tulis Ilmiah Kompas Navigasi Indonesia 2024. Mereka adalah Ramadhan Bagus Wijayanto (2025005), Jusman Prahara (2025055), dan Luh Kadek Dera Erlinda (2225047).

Prestasi gemilang ini diraih setelah Tim Ganesha Geodetic, ITN Malang lolos seleksi full paper dan ditetapkan sebagai finalis bersama lima universitas lainnya, yakni Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sumatera (Itera), dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Presentasi Sayembara Karya Tulis Ilmiah Nasional, PT Kompas Navigasi Indonesia 2024 diselenggarakan secara online pada 06 Mei 2024, dan diumumkan lewat sosial media Instagram pada Selasa 14 Mei 2024 lalu. Mengangkat tema “Eksplorasi Aplikasi Teknologi GNSS dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”. Tim Ganesha Geodetic dengan pembimbing Ir. Ketut Tomy Suhari, S.T., M.T., IPP., mengambil sub tema “Integrasi High Definition Survey dan Building Information Modeling Menuju Kadastral 5D”.

“Semua tahapan lomba diadakan secara online, baik presentasi maupun pengumumannya. Pengumpulan karya dibuka mulai April 2024 lalu,” kata Ramadhan Bagus Wijayanto.

Lewat sayembara ini mahasiswa dikenalkan pada potensi pengembangan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) sebagai bagian integral dari berbagai sektor industri di Indonesia. GNSS seperti GPS, Glonass dan lainnya menyediakan sinyal satelit yang mampu menentukan posisi, navigasi, dan waktu dengan durasi tinggi. Salah satunya implementasi GNSS pada pemetaan digital.

“Karya tulis ilmiah kami masuk kategori infrastruktur dengan mencoba menggali potensi high definition sistem dengan menggabungkan BIM (Building Information Modeling),” lanjutnya. BIM merupakan teknologi pengelolaan informasi digital yang terintegrasi untuk membentuk model tiga dimensi (3D) dari sebuah bangunan atau infrastruktur.

Baca juga : ITN Malang Digandeng Kementerian ATR/BPN Sukseskan Program PTSL

Menurut Ramadhan, pembangunan di Indonesia semakin meningkat perlu adanya kejelasan dan ketelitian dalam kepemilikan, penggunaan, dan nilai ruang secara dinamis dari waktu ke waktu. Hal ini juga untuk menghindari sengketa kepemilikan. Memanfaatkan high definition survey dengan menggunakan GNSS T300 dan LiBackpack DGC50 LiDAR bertujuan untuk memperoleh data akuisisi 3D dengan akurasi tinggi, efisiensi yang lebih baik, dan pendataan serta penilaian aset yang lebih mudah.

“Data yang diperoleh akan dimanfaatkan dalam pembangunan BIM untuk mengintegrasikan informasi pertanahan yang dibutuhkan. Tidak hanya informasi kepemilikan, namun juga informasi perubahan waktu dan biaya (nilai). Baik itu penambahan maupun pengurangan biaya. Sehingga mendukung penerapan konsep kadastral 5D,” jelas Ramadhan. Konsep ini juga efektif dilakukan pada area bangunan cagar budaya.

Luh Kadek Dera Erlinda, Ramadhan Bagus Wijayanto, dan Jusman Prahara, Tim Ganesha Geodetic, Teknik Geodesi, ITN Malang saat final online “Sayembara Karya Tulis Ilmiah Kompas Navigasi Indonesia 2024”.

Hal senada juga disampaikan oleh Jusman Prahara. Menurutnya, Indonesia menerapkan PTSL (Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap) hanya sampai 3D. Tim Ganesha Geodetic mencoba mengintegrasikan high definition survey dengan building information modeling yang menghasilkan lima dimensi.

“Dalam 5D tersebut kami menambahkan cost (biaya) dan waktu dalam pengukuran tanah sistematis lengkap. Jadi tidak bentuk 3D saja,” katanya.

Menurut Jusman, ini sekaligus menjawab tantangan pendaftaran tanah sistematis lengkap, yang awalnya berbentuk 2D, kemudian di update menjadi 3D, dan sekarang diperlengkap 5D. Kadastral 5D memberikan keuntungan salah satunya mempermudah dalam penjualan tanah, dan bangunan lengkap dengan nilai-nilai yang ada dalam petakan tanah tersebut.

Mengintegrasikan high definition survey dan BIM menuju kadastral 5D diakui tidak mudah bagi mereka. Pasalnya masih minimnya literatur tentang kadastral 5D. Bahkan mereka sampai harus mengambil literatur dari jurnal luar negeri. “Inginnya kami mencoba mengaplikasikan langsung namun terkendala alat. Jadi kami hanya survei by literatur,” imbuh Jusman.

Luh Kadek Dera Erlinda juga menambahkan, menjadi juara 3 menjadi prestasi tersendiri baginya. Dengan mengikuti lomba ia semakin paham akan kadastral 5D. “Mungkin kadastral 5D menarik bagi juri karena memang masih minim dibahas dalam akademik, maupun profesional. Namun kekurangan dari kami dalam implementasi nyata belum pernah kami lakukan. Ini menjadi kendala juga. Semoga kedepan kami bisa memberikan prestasi yang terbaik lagi bagi Prodi Teknik Geodesi,” tuturnya.

Ir. Ketut Tomy Suhari, S.T., M.T., IPP., menyatakan, pencapaian ketiga mahasiswa geodesi merupakan bukti nyata dari dedikasi dan kerja keras mereka dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi terbaru di bidang geodesi. Penggunaan teknologi BIM yang terintegrasi dengan metode high definition surveying, seperti GNSS dan laser scanning, menunjukkan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan masa depan.

Baca juga : Mahasiswa Geodesi ITN Malang Buat Aplikasi WebGIS untuk Visualisasi Area Rawan Banjir dan Jalur Evakuasi

Harapannya prestasi ini menjadi awal dari perjalanan inovasi dan penerapan teknologi ini dalam kadaster 5D di Indonesia.

“Semoga kita dapat terus mengikuti perkembangan teknologi terbaru dan menjalin kolaborasi dengan perusahaan serta pemerintah untuk mempercepat implementasi teknologi tersebut di lapangan. Selamat kepada Tim Ganesha Geodetic, mahasiswa Geodesi ITN Malang. Teruslah berinovasi dan menjadi pelopor di bidang geodesi dan geomatika,” sebutnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)




PJ Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM_ saat memberi materi pada diskusi “Perbincangan Intens Tata Ruang (Pintar)” PWK ITN Malang

ITN Malang Dukung Penataan Kawasan Soekarno Hatta Jadi Wisata Milenial

PJ Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM; saat memberi materi pada diskusi “Perbincangan Intens Tata Ruang (Pintar)” PWK ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Penataan kawasan di sepanjang Jalan Sukarno Hatta (Soehat) Kota Malang menjadi bahasan menarik pada seminar “Perbincangan Intens Tata Ruang (Pintar)” Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Mengambil tema “Wisata Milenial Jalan Soekarno Hatta Kota Malang”, Pintar tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa PWK ITN Malang, namun juga mahasiswa dari kampus lain.

Menghadirkan tiga pembicara, yakni PJ Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM; Prof. Dr. Ir. Surjono, MTP., dosen Univ Brawijaya, dan Dr. Ir. Ibnu Sasongko, MT, dosen PWK ITN Malang sekaligus Praktisi Ahli Perencanaan Indonesia (IAP).

Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto ST., MT., Ph.D., menerangkan, tata ruang tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus terintegrasi dengan bidang lainnya. Dengan sinergi antara pemerintah daerah dan akademisi rektor yakin impian mewujudkan Kota Malang yang nyaman, dan kota pendidikan yang representatif bisa terwujud.

“Harus ada komitmen dari semua pihak. Kami berharap permasalahan-permasalahan di Kota Malang, baik itu banjir, parkir, kemacetan akan teratasi dengan adanya sinergi dari semua pihak. Kami ITN Malang siap mendukung Pemerintah Kota Malang untuk mewujudkan Kota Malang nyaman, bersih, dan rapi,” ujarnya di Aula Kampus 1 ITN Malang, Sabtu (18/05/2024).

Baca juga : Tingkatkan Pariwisata, Pemerintah Kota Blitar Gandeng ITN Malang

Sementara itu, Pj Wali Kota Malang Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM., menjelaskan kawasan Jalan Soekarno Hatta memiliki potensi yang besar untuk dijadikan wisata milenial, sekaligus memecah konsentrasi keramaian di Kayutangan Heritage. Soehat dengan berbagai permasalahannya juga perlu segera dipecahkan.

“Saat ini potensinya (Soehat) tinggi, dari kalangan mahasiswa, ada kafe dan lain-lain. Nanti akan kami atur. Selama ini terjadi kemacetan, dan permasalahan lainnya akan dicarikan solusi,” tuturnya.

Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto ST., MT., Ph.D., siap mendukung Pemerintah Kota Malang untuk mewujudkan Kota Malang nyaman, bersih, dan rapi. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)

Wahyu juga mengapresiasi ITN Malang yang memberi respon positif terhadap permasalahan di Kota Malang. Sehingga bisa diadakan seminar dengan mengundang pakar dari UB, ITN, dan ada juga penyanggah dari IAP duduk bersama membahas terutama tentang kemacetan dan mengatur Kawasan Sukarno Hatta.

Wahyu menyebutkan, Kawasan Soehat sudah cukup siap untuk ditata menjadi kawasan wisata khusus milenial. Kawasan ini memiliki konsep berbeda dengan Kawasan Kayutangan Heritage yang berkonsep kolonial.

“Kalau nanti (wisata) diarahkan ke Kawasan Soehat tentunya kami akan duduk bersama dengan masyarakat, perguruan tinggi untuk bisa menyelesaikan. Sekaligus mencari solusi terhadap permasalahan di Soehat. Seperti kemacetan bisa dihindari apabila ada perencanaan yang matang. Ini baru awal nanti ada pertemuan-pertemuan lagi untuk ‘Perbincangan Intens Tata Ruang Soehat’ hingga ada solusi terbaik,” jelas alumnus S-1 PWK ITN Malang, angkatan 1985 ini.

Dalam kesempatan tersebut Wahyu juga menyampaikan di tahun 2025 masyarakat Kota Malang sudah bisa menikmati transportasi publik gratis dengan fasilitas ber-AC. Transportasi publik rencananya akan melewati tiga titik/ kawasan, yakni kawasan pendidikan, perdagangan, dan perkantoran. Transportasi tersebut terpantau oleh komputer sehingga bisa berjalan tepat waktu, dengan kecepatan yang sudah ditentukan.

“Angkutannya ber-AC, titik-titiknya (rute) sudah jelas. Dishub sudah mengumpulkan pemilik angkot-angkot tersebut untuk saling sharing.  Semoga ini bisa untuk menyelesaikan permasalahan transportasi dan menjadi solusi di tahun 2024 mendatang,” katanya.

Baca juga : Bangkit dan Terus Berkarya, Reuni Planologi ’85 ITN Malang Dihadiri PJ. Wali Kota Malang dan Sekda Kota Samarinda

Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITN Malang, Arief Setiyawan ST., MT mengatakan, Kawasan Soehat sudah dikaji oleh sejumlah akademisi dan dinyatakan sangat layak untuk dikembangkan menjadi wisata milenial.

“Kami ingin menangkap dari sisi akademisi bahwa setelah ada wisata kolonial heritage Kayutangan, juga inginnya Kota Malang memiliki wisata yang lebih milenial. Untuk mengembangkan Kawasan Soehat tidak mungkin langsung atau menyeluruh. Nanti bisa dibuat per segmen (koridor). Akan terus dikaji tentunya,” kata Arief. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)




Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, mendapat potongan tumpeng pertama dari Kaprodi Teknik Sipil S-1 ITN Malang, Dr. Yosimson P Manaha, ST., MT (1)

Dies Natalis Teknik Sipil S-1, Rektor Berharap Teknik Sipil Semakin Cepat dalam Melangkah

Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, mendapat potongan tumpeng pertama dari Kaprodi Teknik Sipil S-1 ITN Malang, Dr. Yosimson P Manaha, ST., MT, didampingi oleh Ketua Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) Audy Yitzack Adriansyah. (Foto: HMS ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Peringatan Dies Natalis ke-55 tahun Teknik Sipil S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) dihelat di Aula Kampus 1 ITN Malang, Jumat sore (17/05/2024). Dihadiri oleh Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, Dekan dan Wakil Dekan 2 FTSP ITN Malang, Ketua Ikatan Alumni Teknik Sipil (IATS) ITN Malang Ir. Alief Akbari, MM, sivitas akademika teknik sipil, dan pensiunan dosen.

Rektor ITN Malang dalam sambutannya berharap, dengan bertambah dewasanya usia Teknik Sipil S-1 ITN Malang semakin bisa melangkah lebih cepat. Dengan terus memperkuat sinergi antar sivitas dan juga alumni.

“Usia 55 tahun teknik sipil merupakan usia yang seharusnya cukup dewasa untuk bisa melangkah lebih cepat lagi. Teknik sipil merupakan jurusan tertua, jurusan pertama yang dibuka bersama teknik mesin. Sepantasnya dan seharusnya pencapaian teknik sipil bisa lebih dari pada prodi lainnya,” ujar rektor.

Dies natalis merupakan momen yang luar biasa untuk civitas akademika dan alumni berkumpul dan semakin memperkuat sinergi. Di usia 55 tahun teknik sipil telah melahirkan banyak alumni sukses, dan menempati posisi-posisi penting baik di pemerintahan maupun swasta.

Baca juga: Pendatang Baru di Kompetisi Jembatan Indonesia, ITN Malang Lolos Final Bersaing dengan Perguruan Tinggi Ternama se-Indonesia

Untuk meningkatkan prestasi mahasiswa rektor berharap prodi juga turut menggandeng alumni untuk berkontribusi mengirimkan mahasiswa mengikuti event lomba. Sinergi juga bisa dengan menyalurkan mahasiswa dalam magang di perusahaan alumni. Sehingga setelah lulus mereka mendapat pengalaman lebih, dan cepat mendapatkan pekerjaan.

“Kedepan saya berharap Teknik Sipil ITN Malang semakin maju. Kami (institusi) juga berusaha meningkatkan sarana dan prasarana fasilitas prodi. Dengan sinergi kebersamaan antara alumni, prodi, dosen, dan mahasiswa saya yakin teknik sipil bisa menghadapi segala tantangan dan menjadi pemenang. Selamat dan sukses untuk Prodi Teknik Sipil ITN Malang,” seru rektor.

Musa, ST., alumnus Teknik Sipil S-1, ITN Malang angkatan 1998 memberikan sharing pada acara Dies Natalis ke-55 Teknik Sipil S-1 ITN Malang. (Foto: Yanur/Humas ITN Malang)

Kaprodi Teknik Sipil S-1 ITN Malang, Dr. Yosimson P Manaha, ST., MT, menjelaskan, sebagai institusi usia 55 tahun teknik sipil adalah usia yang matang dan dewasa serta bisa memberi pengaruh positif kepada masyarakat. “Kita doakan teknik sipil bisa berpengaruh, baik tingkat nasional maupun internasional. Selama ini teknik sipil telah meluluskan alumni yang berkompeten untuk pembangunan Indonesia,” tutur kaprodi yang akrab disapa Simson ini.

Dr. Simson menyerukan kepada sivitas teknik sipil untuk tidak merasa lekas puas atas pencapaian selama ini. Menurutnya, persaingan antar perguruan tinggi makin ketat, pasalnya hampir semua perguruan tinggi memiliki prodi teknik sipil. Maka Teknik Sipil ITN Malang harus mempunyai ciri khas sehingga dapat meluluskan mahasiswa teknik sipil yang bisa bersaing.

Menurutnya, selain proses perkuliahan, mengerjakan tugas, praktikum, semua dilakukan agar mahasiswa setelah lulus mampu bersaing di dunia kerja. Ini terbukti saat Teknik Sipil ITN Malang mengikuti lomba, mereka mampu bersaing dan bahkan mengalahkan perguruan tinggi yang cukup ternama.

“Untuk mempertahankan dan menjaga kualitas kita bisa berkaca pada 10 tahun lalu apa yang sudah dikerjakan. Dan, kira-kira 5 tahun kedepan apa yang akan terjadi. Kita tidak boleh terlambat memprediksi, agar alumni tidak tertinggal dengan perkembangan dunia industri,” harapnya.

Pada momen dies natalis kali ini juga diisi dengan sharing session alumni oleh Musa, ST., alumnus Teknik Sipil S-1, ITN Malang angkatan 1998. Musa menekuni bidang pekerjaan pada developer, kontraktor, dan media interior. Salah satunya Radjaland, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti di Malang Raya.

Baca juga : IKA ITN Chapter Malang Ajang Silaturahmi dan Promosi

“Yang menyebabkan kontraktor rugi adalah adanya kecerewetan user. Kadang kami berhadapan dengan orang-orang (user) yang tidak paham teknik, tidak paham desain. Maka dari itulah pentingnya kesepakatan dan tandatangan kontrak kerja sebelum memulai pembangunan,” katanya. Menurutnya bisnis kontraktor itu bisnis yang sangat kompleks, maka membutuhkan orang-orang yang kuat secara mental. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)




Marell Sudarman Santoso, lulusan terbaik Teknik Lingkungan S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), ITN Malang, pada wisuda ke-71 tahun 2024

Lulus 3,5 Tahun, Mahasiswa Teknik Lingkungan Membuat Karbon Aktif dari Plastik

Marell Sudarman Santoso, lulusan terbaik Teknik Lingkungan S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), ITN Malang, pada wisuda ke-71 tahun 2024. (Foto: Mita Erminasari/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Plastik memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan manusia karena membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah. Pemanfaatan plastik bisa digunakan untuk berbagai hal. Seperti menjadikannya kemasan botol air mineral maupun kemasan makanan untuk menjaga makanan tetap segar.

Penggunaan plastik bagi kehidupan manusia semakin lama semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan produksi plastik massal dan penanganan limbah yang tidak memadai mengancam keberlanjutan biosfer (zona kehidupan di Bumi). Untuk mengurangi akumulasi sampah plastik berbagai upaya bisa dilakukan. Salah satunya dengan cara karbonasi yang hasilnya berupa karbon aktif yang bisa dimanfaatkan sebagai adsorben.

Hal inilah yang dilakukan oleh Marell Sudarman Santoso, merupakan lulusan terbaik Teknik Lingkungan S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Ia ikut diwisuda pada wisuda ke-71 tahun 2024, dengan penelitian berjudul “Pemanfaatan Limbah Plastik Menjadi Karbon Aktif Sebagai Adsorben”.

“Kebanyakan kita mengkonsumsi (menggunakan) plastik tiap hari, hingga menghasilkan limbah yang sulit terurai. Penelitian ini pada dasarnya ingin mengurangi timbunan limbah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat. Jadi saya membuat karbon aktif untuk proses aborsi untuk penyerapan zat limbah sebelum dibuang,” jelas Marell yang pernah menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITN Malang ini.

Baca juga : Selamatkan Lingkungan Ex TPA Kalisari, Mahasiswa Teknik Lingkungan Ikut Gerakan 1.000 Tanam Pohon

Karbon aktif atau sering juga disebut arang aktif, adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Bisa digunakan sebagai adsorben (zat penyerap) dalam proses penjernihan air.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis aktivator kimia terhadap karbon aktif yang dihasilkan dari limbah plastik sebagai adsorben dengan standar SNI 06-3730-1995. Metode konversi limbah plastik menjadi karbon aktif adalah karbonasi. Uji yang dilakukan adalah daya serap iodin dan uji kadar air. Sedangkan aktivator kimia yang digunakan adalah KOH dan K2CO3 masing-masing dengan konsentrasi 1 M dan 3 M.

Marell Sudarman Santoso memakai pakaian adat usai mengikuti acara yudisium FTSP ITN Malang. (Foto: Istimewa)

Marell memanfaatkan limbah dari plastik PP 5 (polypropylene), merupakan jenis plastik yang berwarna bening atau transparan. Seperti gelas plastik tanpa tutup, wadah makan transparan dan lain-lain. Cara membuatnya adalah plastik PP dipotong atau dicacah kecil-kecil kemudian dibersihkan/dicuci dan dimurnikan dengan aquades. Selanjutnya ditimbang dan dipanaskan dengan suhu tertentu. Setelah menjadi serbuk karbon kemudian difiltrasi, dan dilakukan pengujian untuk melihat layak tidaknya untuk dipakai. Dengan pertimbangan SNI, kadar air, dan daya serap.

“Ini yang diujikan, kalau di sini saya menggunakan 12 uji. Setelah menjadi karbon kemudian diaktivasi pakai aktivator KoH dan K2CO3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas karbon aktif salah satu contohnya adalah aktivator kimia. Nah hasil yang terbaik menggunakan KOH dengan konsentrasi 3M (molar),” bebernya yang berhasil meraih IPK 3.67, dengan masa studi 3.5 tahun.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jenis aktivator kimia dan variasi konsentrasi berpengaruh terhadap daya serap iodin dan kadar air. Jenis aktivator kimia yang mempunyai daya serap iodin dan kadar air yang paling bagus yaitu KOH 3 M dengan nilai 852,48 mg/g dan 8 %. Penggunaan KOH menghasilkan porositas yang lebih baik karena interaksi kalium dan perenggangan lapisan-lapisan karbon.

“Semakin tinggi konsentrasi aktivator semakin tinggi nilai daya serap iodin, serta semakin turun nilai kadar airnya sehingga daya adsorpsi karbon aktif semakin besar,” jelas putra kelahiran Kota Malang ini. Skripsinya dibawah bimbingan dosen Anis Artiyani, ST, MT, dan Dr. Hardianto, ST, MT.

Baca juga : ITN Malang – TU Delft Berkolaborasi dalam Kerja Sama Memperkuat Pengelolaan Kualitas Air Sungai Brantas

Alumnus SMA Katolik St. Albertus Malang ini sempat berfikir saat kuliah di teknik lingkungan akan banyak membahas biologi, namun ternyata ada juga mata kuliah kimia dan fisika. Isu Global Warming atau proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi menjadi keprihatinan tersendiri bagi Marell.

“Sebagai generasi muda hendaknya bisa ikut merawat bumi, dengan peka terhadap isu lingkungan di sekitar kita,” pungkas putra pasangan Sudarman Nechson, dan Rini Ambarwati ini. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)




Mulyono alumnus Teknik Sipil S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) angkatan 1980 Pendaki 7 Summits Indonesia

Tak Lagi Muda, Inilah Kisah Inspiratif Mulyono Alumnus ITN Malang Pendaki 7 Summits Indonesia

Mulyono alumnus Teknik Sipil S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) angkatan 1980 Pendaki 7 Summits Indonesia. (Foto: Istimewa)


Malang, ITN.AC.ID – Mulyono merupakan alumnus Teknik Sipil S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) angkatan 1980. Di antara para pendaki gunung di Indonesia, namanya menonjol sebagai salah satu sosok yang menginspirasi. Mulyono dikenal sebagai pendaki gunung yang berhasil mendaki tujuh puncak tertinggi di Indonesia, atau sering disebut sebagai “Seven Summits Indonesia”, atau “The Seven Summits of Indonesia”.

Pada awalnya ia bukan penghobi naik gunung ataupun pencinta alam. Namun keinginan memiliki kegiatan positif mempertemukannya dengan teman-teman sefrekuensi. Berawal saat menjelang pensiun di tahun 2015 ia bergabung dengan komunitas dari Jasa Marga Jawa Timur mengadakan pendakian. Diusia yang tak lagi muda Mulyono mulai mendaki berbagai gunung di Indonesia. Antara lain Gunung Arjuno, Gunung Sumbing, Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung Raung, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Muria, dan lain-lain.

“Saya bukan anggota Mapala (mahasiswa pencinta alam). Kegiatan ini saya lakukan untuk kesibukan menjelang pensiun. Saya mencari kesibukan yang positif, dan menambah teman. Akhirnya ikut pendakian dengan teman-teman jasa marga. Akibatnya ya tidak pensiun-pensiun, kerja jalan, pendakian juga jalan,” ungkap Mulyono saat dihubungi lewat sambungan whatsapp, pada Minggu (05/05/2024).

Baca juga : Himakpa ITN Malang Digandeng My Trip My Superadventure Episode 2 Jawa Timur Eksplorasi Coban Sewu

Pada perjalanannya Ia akhirnya bergabung dalam komunitas penggiat alam dan pendaki gunung Indonesia. Dari sini Mulyono harus mengulang kembali mendaki Gunung Rinjani dan Puncak Jayawijaya (Carstensz Pyramid). Ini disebabkan sebelum bergabung ke komunitas Ia sempat mendaki kedua gunung tersebut, namun belum sampai ke puncak.

Kini, di usianya ke 66 tahun mulai kurun waktu 2017-2023 Mulyono sudah tuntas mendaki Seven Summits Indonesia, yakni Gunung Semeru Jawa Timur, Puncak Jayawijaya (Carstensz Pyramid) Papua, Puncak Indrapura Gunung Kerinci Jambi Sumatera Barat, Puncak Rante Mario Gunung Latimojong Sulawesi Selatan, Puncak Bukit Raya Gunung Raya kalimantan, Gunung Binaiya Maluku, dan Gunung Rinjani Lombok NTB.

Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, memberikan penghargaan kepada Mulyono saat Halalbihalal Ikatan Alumni Teknik Sipil (IATS) ITN Malang 2024. (Foto: Istimewa)

“Saya ulangi naik Gunung Rinjani dan Carstensz Pyramid, alhamdulillah bisa mencapai puncak. Carstensz juga merupakan salah satu Seven Summits dunia. Jadi untuk Seven Summits dunia saya dapat dua gunung, Carstensz Papua, dan Gunung Kilimanjaro,” ujarnya.

Gunung Kilimanjaro Tanzania Afrika didaki pada 14 November 2019 lalu. Puncak Kilimanjaro sekaligus merupakan puncak tertinggi di Afrika dengan ketinggian 5.895 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara Puncak Jayawijaya atau dikenal dengan Carstensz Pyramid di Papua memiliki ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut. Merupakan salah satu puncak tertinggi di Indonesia, sekaligus dinobatkan sebagai salah satu dari World Seven Summits. Pegunungan Jayawijaya tergolong gunung karang (limestone) dengan puncaknya diselimuti salju abadi di beberapa titik. Pegunungan ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Lorentz.

Mulyono membuktikan diri bahwa usia bukanlah penghalang untuk mencapai mimpi dan terus memupuk kecintaan pada alam. Hingga pada Sabtu, 27 April 2024, pukul 15.00 WITA ia berhasil sukses mengibarkan bendera merah putih di Puncak Jaya. Perjalanannya mencapai Puncak Jaya tidak hanya menjadi pencapaian pribadi tetapi juga sumber inspirasi bagi banyak orang. Terutama generasi muda, untuk terus berpetualang dan menghargai keindahan alam Indonesia.

Insyaallah ingin mendaftarkan ke MURI (museum rekor indonesia) sebagai pendaki tertua yang berhasil mendaki (Seven Summits Indonesia),” cita-cita pria asal Sidoarjo ini. Ia merupakan pensiunan dari Kementrian Pekerjaan Umum (PU) tahun 1995 dan dari Jasa Marga tahun 2015. Saat ini Mulyono memiliki kesibukan sebagai konsultan supervisi konstruksi jalan raya.

Baca juga : Alumnus Arsitektur ITN Malang Sosok di Balik Desain Pasar Pon Trenggalek, Ungkap Konsistensi Kunci Kesuksesan

Atas semangat dan motivasi, pada acara Halalbihalal Ikatan Alumni Teknik Sipil (IATS) ITN Malang 2024 di Permata Jingga Kota Malang, Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, didampingi Ketua IATS ITN Malang Alief Akbari (alumnus 1987) menyerahkan penghargaan kepada Mulyono.

“Pendakian bukanlah tentang menaklukkan alam, tetapi tentang menaklukkan diri sendiri dan belajar menghormati alam,” pesan Mulyono. Ia juga menekankan pentingnya persiapan dan keselamatan dalam setiap ekspedisi. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)